Malam ini jadi agak melow, mungkin setelah baca blog salah seorang teman. Lagu yang lagi diputar juga pas banget, Sahabat Kecil-nya Ipang.
Here is the lyric.
Baru saja berakhir
Hujan di sore ini
Menyisakan keajaiban
Kilauan indahnya pelangi
Tak pernah terlewatkan
Dan tetap mengaguminya
Kesempatan seperti ini
Tak akan bisa di beli
Bersamamu kuhabiskan waktu
Senang bisa mengenal dirimu
Rasanya semua begitu sempurna
Sayang untuk mengakhirinya
Melawan keterbatasan
Walau sedikit kemungkinan
Tak akan menyerah untuk hadapi
Hingga sedih tak mau datang lagi
Bersamamu kuhabiskan waktu
Senang bisa mengenal dirimu
Rasanya semua begitu sempurna
Sayang untuk mengakhirinya
Janganlah berganti
janganlah berganti
janganlah berganti
Tetaplah seperti ini
Mendadak melow banget. Ingat sahabat-sahabat yang pernah mampir di rumahku. Meski entah apakah mereka masih ingat kenangan dulu, tapi mereka masih selalu aku ingat, masih selalu di hati.
Image from here |
Okay, let's begin from the first!
Saat TK, kami suka main bersama-sama. Ada satu yang paling aku ingat. Namanya Lanny. Dia sering mampir ke rumahku sebelum kami berangkat ke sekolah bersama yang hanya beberapa puluh meter dari rumah. FYI, rumahnya agak jauh dari sekolah sehingga harus naik kendaraan. Will she still remember me?
Dua tahun di TK, lulus, kemudian SD! Teman bertambah banyak. Saat kelas satu, satu kelas bisa sampai lima puluh siswa, lho! Bisa bayangin ramainya seperti apa? Teman-teman yang sampai kelas enam masih bareng di antaranya ada Dhita, Ery, Fitri, Isti, Nurika, Risti, Mur, Yeni, Rika, Lina, Wulan, Diam, Albeth, Anto (alm), Pi'i (alm), Adit, Aras, Ghulam, Riska, Indra, Eta, Maman, Okim, Ari, dll. Waktu kelas lima, ada satu teman yang lumayan dekat denganku, Dita. Saat kelulusan kami bahkan pernah bertukar kado untuk kenang-kenangan. I gave her my favourite small bag, berbentuk boneka berwarna merah. Dia memberiku diari yang hingga saat ini masih aku simpan, dan kupakai hingga awal masuk SMP. Ingat juga bahwa kami sempat saling berkirim surat yang kurirnya adalah sepupuku dan adiknya yang saat itu masih bersekolah di SD yang sama.
Oya, di SD aku juga punya sahabat yang juga tetangga di rumah, dia adik kelasku. Namanya Tika. Dulu kami sering main bareng.
Nuri-Masita-Nurika-Mafi-Maya |
Saat kelas VII, aku berteman baik dengan Tina, Ranggi, dan Ambar. Tempat duduk kami berdekatan, jadi kami sering main bareng, jajan bareng, belajar bareng. Kami pernah saling main ke rumah masing-masing juga. Hingga sekarang, aku masih berhubungan baik dengan Tina dan Ranggi karena terhubung di media sosial, bahkan kami masih saling menghadiri acara pernikahan. Namun, aku penasaran banget dengan Ambar. Pernah coba cari melalui media sosial, tapi tidak ada hasil. Mau mengunjungi rumah, lupa jalan dan alamat rumahnya.
Naik kelas VII, aku berkumpul dengan teman-teman sedaerah, yang juga teman berangkat dan pulang sekolah. Naik kelas IX, dapat teman baru yang belum pernah sekelas, ada Kiky Koma, Kiki Mbak'e, Riska, Vira, dan Tika. Kami berenam kadang berganti pasangan sebangku. Pernah juga mengunjungi rumah mereka di Ambarawa, malah sepertinya mereka belum pernah ke rumahku karena paling jauh. Saat-saat sudah kuliah, masih beberapa kali bertemu Kiky Mbak'e yang mampir ke rumah bareng Mavi. Pernah juga main ke rumah Kiky Koma waktu ada Tika (Tika pindah rumah ke Salatiga), pernah juga ketemu Vira di perpustakaan Ambarawa dan di GOR TLJ saat nonton Maliq. Haha. Nah, dari kelas IX ini juga--kalau tidak salah--aku mulai dekat juga dengan Mavi hingga kuliah.
Berlanjut ke SMA, masih satu sekolah sama Mavi, Mei, Nurika, Masita, beda kelas, beda jurusan pula. Aku milih bahasa, Mavi IPS, dan yang lain IPA. Masih sering berangkat bareng, dan pulang mulai jarang bareng karena kegiatan kami sudah mulai beda-beda. Aku dan Mei bergabung di Tonti, jadi kegiatannya lebih padat karena sering ngumpul selepas sekolah untuk di SS. Haha. Masih dengan Mavi, aku juga ketemu Etha dan Putri. Di bahasa, aku sering bareng mereka berdua. Doremi, kata kami, karena sama - sama suka musik. Curhat bareng, belajar bareng, jajan bareng, main bareng, duduk bareng, narsis bareng, lomba bareng. Sudah sering juga main ke rumah mereka berdua, mengenal keluarga mereka. Dengan semua teman-teman di bahasa, bisa dibilang kami semua dekat karena dua tahun berada di kelas yang sama dan dengan personil yang sedikit.
Setelah lulus, semua sudah mulai memilih jalan masing-masing. Ada yang bekerja, ada pula yang kuliah. Intinya, kami berpisah. Pada momen itu, aku berharap kalau hubungan sahabat ini masih tetap berjalan hingga kapanpun, tapi situasi dan kondisi memang mampu mengubah hubungan itu. Entah hanya perasaanku atau memang begitu adanya. Aku merasa hubungan kami agak berbeda. Hingga kini aku masih berharap jika itu hanya perasaanku saja. Tapi, memang benar kami sudah jarang berhubungan. Hanya sekali dua kali, dan jarang bertemu. Berbeda rasanya. :(
Etha, Putri, Nuri |
X9 |
Kuliah dan bertemu dengan teman-teman baru (lagi) di kampus. Teman-teman PBI, rombel 1. Bersama beberapa mereka dari mereka, kami masih sering mengambil kelas bareng sampai semester 6, seperti dengan Shinta, Pipit, Moe, Linda, Danik, Netha, Adish. Ada Ela yang dulu pernah sekamar saat semester 2. Curhat midnight hobinya. Ada juga Pipit yang sekarang jadi teman sekamarku. Sekarang sudah semester 7, aku PPL bareng Moe juga.
****************
Tergantikankah mereka? Mereka tetap di hati, kok. Hanya saja memang ada yang selalu hadir selama ini. Dia yang mampu mendengar cerita gembira, cerita duka, memberi nasihat, memberi solusi, pendengar yang baik. Yang saat bersamanya aku bisa menjadi diriku sendiri, tak berpura-pura, yang apa adanya, yang nggak jaim, yang nggak perhitungan, dan yang-yang yang lain. Lagu Sahabat Kecil itu untuk kamu, tidak hanya lagu itu, dan lagu lagu lainnya, bukan karena kamu kecil yak, tapi iso juga sih wakakakak. Aku nggak sanggup bilang lebih panjang dengan kata-kata karena akan panjang sekali kalau aku sampai bisa mengeluarkannya. Aku speechless, Nyuh.. Always be my friend yah.. Ada satu kesalahan di antara kesalahan-kesalahanku yang lain ke kamu, yaitu: sebagai sahabat, aku nggak tahu sama sekali pas kamu sakit. Swear pas aku udah tau beberapa bulan kemudian, aku merasa kalo aku udah jadi temen yang nggak berguna banget. Kalau inget saat saat itu, aku malu banget dan nggak bisa maafin diriku sendiri. Agak lebay sih, emang, tapi emang itu yang aku rasain. Kalau kamu tahu apa yang aku pikirin selama ini, aku berpikir, susah banget, bahkan aku nggak bisa, nyari temen yang seperti kamu di sini..
17 Desember 2008 |
0 Comments