Aku bercerita kepada langit. Ariel Peter Pan pun salah bila ia bilang
langit tak mendengar. Langit terlalu luas untuk setuli itu. Pasti, lah, langit
mendengarku. Hanya saja, ia tak sanggup membalas ceritaku dengan kata-kata. Ia,
dengan kuasa Tuhan, menjawabnya dengan apa yang sebagai langit, dapat ia
persembahkan. Bersama pancaran sinar matahari yang cerah ia mengiyakan dan ikut
senang. Bekerja sama dengan awan, kemudian menutup dirinya dengan mendung, ia
mengatakan tidak. Ia turut bersedih, bahkan menangis, saat kemudian mendung
mendatangkan hujan. Atau memberi kejutan, yang hanya aku sendiri yang bisa
memahaminya—dengan caraku—dengan kembali menghadirkan cahaya matahari dan
menghadiahkan lengkungan warna-warni pelangi untukku.
Dan sekarang aku beneran puter lagunya Peter Pan yang
judulnya Langit Tak Mendengar itu. Dulu aku suka sama lagu ini. Sekarang? Ya
masih seneng dengerin pas giliran keputer. Masalahnya, playlist-ku itu banyak banget, dan gede banget kemungkinan gak
keputer. Haha. Lumayan lah buat nemenin ngerjain skripsi.
Image from DenisDoukhan |
Tadi pagi aku bercerita (lagi) kepada langit. Kubilang, “Langit, lihat
aku. Aku sedang bersemangat hati ini. Mengerjakan apa yang seharusnya
kukerjakan.” Sambil tersenyum, aku menggumam. Kau tampak cerah sekali hari ini,
Langit! Ia menjawab ceritaku dengan hangat, seperti sedang berkata, “Iya,
bersemangatlah!” Dan begitulah, hingga senja hampir menjelang, masih saja
terang. Namun tiba-tiba..
Lagu yang keputer abis itu adalah A Little Too Not Over You-nya Archie. Tau Archie nggak? Kalo kamu ngikutin American Idol, pasti tau Archie. Nggak tau? Mungkin emang lagu favorit kamu nggak sealiran sama dia. Masih nggak tau? Buka laptop, konek internet. Malah
bahas Archie deh. Oh, ya, sekalian aja nih ya, baca lirik lagu itu trus artiin.
New tab Google translate kalo perlu.
Yang mau dibahas adalah, aku jadi inget orang yang bikin sakit ati, gara-gara
denger lagu itu.
Aku tak bisa menahan rasa yang tiba-tiba kuingat ini. Rasa sakit tak
karuan, sampai-sampai bukan mataku, namun hatiku yang berair mata. Aku hanya
menatap langit, dan ia langsung menurunkan hujan. Ia membuatku tak merasa
sendirian, bukan aku saja yang menangis, karena langit pun juga. Teringat “apa
yang seharusnya kukerjakan” kini telah usai, aku bercerita kepada langit,
“Langit, aku ingin pergi ke suatu tempat untuk menyerahkan apa yang telah
kukerjakan..” Akankah hujan mereda ataukan semakin lebat, aku menunggu langit
menjawab. Lambat laun, kutemui jawabannya. Hujan mereda, mendung menjauh, dan
langit kembali cerah. Nampak seperti ia berkata, “ Pergilah dengan hati-hati,
Kawan.” Kemudian aku pun melesat pergi, sembari tersenyum memandang langit.
Jalan kutempuhi, seseorang kutemui, lalu kabar gembira kudapati. Beranjak pergi
setelah memberi apa yang kukerjakan, aku mencoba menghirup udara segar sehabis
hujan. Betapa nikmat! “Langit, bisakah aku menutup hari ini dengan sesuatu yang
indah?” Kupandang langit malam ini, bersih, dengan bintang dan bulan. Ia
mengisyaratkan kebenaran. Rasa sakit itu perlahan menghilang, pupus bersama
terang yang mengelam bersama malam.
Gak cuman dongeng aja kok yang bisa happy ending. Semua masalah pasti bisa diselesaikan. By the way, udah nemu makna lagu tadi
belum? Kenapa aku ngerasa sakit abis dengerin itu lagu? Karena aku ngerasa
orang spesial di hidupku masih gak bisa lepas dari sesuatu yang seharusnya sudah lenyap. Apa yang aku rasa itu didasari dari apa yang aku lihat. Meski kadang apa yang diliat orang
belum tentu sama kayak apa yang sebenernya terjadi. Yah, aku cuma manusia yang
kadang ketipu sama mata sendiri (baca: gak ada manusia yang sempurna). Dan
yang aku lakuin barusan adalah nyoba ngomong, nyari tau yang sebenernya, nyari
solusi. Yap, yang aku bilang di awal tadi bener, aku juga bisa punya happy ending, tergantung gimana usahaku buat bikin akhir yang indah. Satu lagi, selain masalah hati itu, aku juga
berhasil lanjut ke bab selanjutnya, mamen! Hohoho, betapa indah hidup, if you really want to make it happens. Just
do your best. Man proposes, God disposes.
0 Comments