Jejak Musisi Jawa Bagian 1: Mengenal Gesang dan Karya-Karyanya

Bila generasi milenial saat ini ditanyai perihal penyanyi keroncong Indonesia, belum tentu ada yang mampu memberikan jawaban. Bahkan mungkin, mereka tak pernah mendengar atau mendengarkan lagu - lagu keroncong. 

Image from Angelic

Ada yang tahu lagu Bengawan Solo? Atau Ali-Ali? Pasti, karena lagu tersebut merupakan salah satu lagu keroncong yang sangat terkenal di Indonesia, bahkan dikenal baik secara internsional. Namun, siapakah tokoh di balik lagu tersebut?

Alm. Gesang

Adalah Gesang Martohartono, atau yang lebih dikenal dengan nama Gesang yang telah menelurkan karya-karya terbaiknya, salah satunya adalah lagu Bengawan Solo. Lahir di Surakarta, 1 Oktober 1917, lebih dari satu abad yang lalu. Beliau meninggal pada usia 92 tahun pada 20 Mei 2010 dikarenakan komplikasi gangguan jantung koroner, infeksi saluran pernapasan.

Memulai perjalanan sebagai penyanyi keroncong dalam acara-acara di Solo, beliau pun menciptakan beberapa lagu seperti Keroncong Roda Dunia, Sapu Tangan, dan Keroncong Si Piatu pada masa Perang Dunia II. Menginjak usia 23 tahun, Mbah Gesang terinspirasi untuk menciptakan sebuah lagu tentang sungai Bengawan Solo yang sangat beliau kagumi. Proses penciptaan lagu Bengawan Solo pun memakan waktu yang tak sebentar, yaitu selama enam bulan. Lagu tersebut sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia dan Jepang. Bahkan lagu tersebut diterjemahkan dalam tiga belas bahasa, diantaranya bahasa Inggris, bahasa Tionghoa, dan bahasa Rusia.

Selain lagu tersebut, Mbah Gesang telah menciptakan lagu-lagu berjumlah 40 lagu. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.

CAPING GUNUNG

Bagi yang gemar mendengarkan lagu-lagu Jawa, tentu lagu ini sudah tak asing lagi. Bagi saya pribadi pun, lagu ini sangat sarat makna. Memosisikan diri sebagai orang tua, sepertinya begitulah lagu ini diciptakan. Orang tua yang memberikan dukungan untuk anaknya untuk mencapai masa depan atau cita-cita. Bahagia saat anak dapat mencapai cita-cita, namun tersirat kekhawatiran dan kerinduan pada anaknya, yang hingga kampung halamannya telah maju ia pun tak kunjung pulang.

Sego jagung  dan caping gunung, menurut saya, tak hanya sekadar bermakna literal, namun juga makna lain. Tak sekadar makanan dan pelindung diri, sego jagung juga dapat diartikan sebagai nasihat untuk anak bila ia sedang lapar, bekal dalam mencapai tujuan. Karena neng gunung atau mencapai tujuan, tak hanya membutuhkan dukungan materiil namun juga moral. Bila mendhung, atau dirundung kesedihan, kekecewaan, ataupun kegagalan, selalu ada caping nggunung yang siap menguatkan anak-anaknya..

Tak sekadar lagu, tentunya lagu ini juga menjadi pengingat bagi anak, bahwa kesuksesan tak lepas dari dukungan orang tua, sehingga jangan lupa pulang. Pulang kepada orang tua, pulang pada tanah yang membesarkannya. Meskipun pada akhirnya, orang tua selalu berharap bahwa setelah sukses, dimanapun berada, agar tidak sia-sia/bermanfaat. Kurang apa coba orang tua? Kind of miss my parents..



Menonton kembali video Caping Gunung yang dinyanyikan langsung oleh Sang Maestro, saya dan suami berpendapat bahwa pembawaan lagu ini langsung oleh beliau terdengar seperti mendengarkan curhatan seorang laki-laki. Beliau seperti berbicara kepada penontonnya. Bahkan ketika lagu tersebut dilanjutkan oleh Asti Dewi Christina, lagu ini menjadi ekspresi seni, bahwa Mbak Asti menyanyikan untuk seni, sehingga terlihat perbedaan dalam penyampaiannya. Well, that's our opinion. ☺

ALI ALI

Saya mengenal lagu ini karena ayah saya senang menyanyikan lagu ini. Bisa dibilang, kecintaan saya pada lagu-lagu Jawa tak lepas dari peran ayah saya yang juga sangat cinta pada lagu-lagu Jawa.

Berbeda dengan Caping Gunung, lagu ini lebih metaphorical. Ada simbol di balik ali-ali (cincin) dalam kepercayaan orang Jawa. Lagu ini dimaknai berbeda-beda oleh tiap orang yang mendengarkannya. Menurut saya, lagu ini menceritakan tentang seseorang yang memberikan cincin kepada orang yang ia cintai dengan harapan agar ia tidak melupakan orang tersebut meskipun mereka sudah tidak bersama lagi. Bila mata/permatanya hilang, ia akan menemui halangan atau kesulitan, bila cincin tersebut dikenakan oleh orang lain, ia akan pasrah, ya udah lah... Memilih cincin bermata biru, berharap orang yang dicintainya akan selalu setia. Cincin tersebutlah cermin isi hatinya. 

Do you agree?
Berikut Ali-ali dibawakan oleh Waldjinah.




LUNTUR

Lagu dengan tema universal lainnya, yaitu Luntur. Menggambarkan seseorang yang sedang patah hati, lagu ini pun banyak digemari oleh orang-orang muda zaman itu. Tapi saya juga salah satu penggemar lagu ini meski masih muda. ☺Sedih sekali mendengar lagu ini, apalagi ketika tahu makna dari lirik lagu ini. 

Yen lunturo wenterane
Ora koyo yen luntur tresnane

Diawali dengan perumpamaan, bahwa lunturnya cinta tak sekadar seperti lunturnya wenter alias kain, lebih berbahaya. Lunturnya kain, tak semenyakitkan lunturnya cinta, begitu kira-kira. Bercerita tentang cinta yang sudah luntur, kekecewaan seeorang akan orang yang dicintainya. Terlebih dahulu orang tersebut dahulu sering mencari waktu untuk menemuinya. Patah hati yang diobati ternyata tak membuatnya sembuh dari sakit hati, tapi malah semakin menjadi-jadi sampai akhirnya ia tahu bahwa yang bisa menyembuhkan hatinya adalah dirinya sendiri. Betul, semua sakit hati, kuncinya adalah diri kita sendiri. 




Luntur dinyanyikan oleh Sunyahni.


Menulis ini, rasanya tak lengkap bila tak sembari mendengarkan lagu-lagu beliau. Tentu pilihan yang bisa dinikmati tak hanya Bengawan Solo, Caping Gunung, Ali-Ali, dan juga Luntur. Ada Jembatan Merah, Pamitan, Tirtonadi, Andheng-andheng, dan lain-lain.

Orang Jawa bilang Witing tresna jalaran seka kulina. Saya pun cinta karena terbiasa. Dan bersyukur karena bisa terbiasa mendengarkan lagu-lagu Jawa juga yang akhirnya membuat saya jatuh cinta. Kita masih bisa mendengarkan karya-karya beliau dengan luasnya media saat ini. Dan sebenarnya, event-event keroncong pun masih bisa dijumpai di kota - kota kita. Hingga sebelum Taman Indonesia Kaya dibangun, saya secara rutin menikmati Waroeng Kerontjong Rabu Akhir Bulanan.

Bagaimana dengan Anda?



Sumber: wikipedia, kompas, wowkeren, kapanlagi, youtube.

Post a Comment

0 Comments