Disclaimer: Penulis bukan ahli musik dan sejenisnya, hanya menulis pendapat pribadi sebagai penikmat dan pendengar musik.
Image from rafabendo |
Setelah membahas Mbah Gesang di bagian pertama, di bagian ini aku mau cerita tentang Mbah Manthous (Alm.)
Awal Cerita
Orang Jawa bilang, witing tresno jalaran seko kulino, dan ini berlaku banget buat aku di masa awal kenal lagu-lagu Mbah Manthous.
Bapakku adalah seorang pendengar setia campursari, dan salah satu favorit beliau adalah Campursari Gunung Kidul yang didirikan oleh Mbah Manthous.
Pas lagi sama bapak, sering bapak minta diputarkan campursari milik Mbah Manthous ini. Dan aku pun, yang juga suka dengerin musik termasuk gamelan dan campursari, jadi ikut menikmati dan lama-lama hafal juga.
Tentang Mbah Manthous
Mengutip dari Wikipedia, Mbah Manthous, yang memiliki nama asli Anto Sugiartono, merupakan tokoh dan penemu campursari di Indonesia, yang lahir di Yogyakarta. Beliau pernah bergabung dengan Orkes Keroncong Bintang Jakarta, namun kemudian kembali ke Yogyakarta dan mendirikan Campur Sari Gunung Kidul Maju Lancar. Beliau kini telah berpulang, namun nama dan karya-karyanya tetap dikenang.
Sedikit Cerita(ku)
Beberapa tahun yang lalu aku pergi ke Yogya, tepatnya ke daerah Gunung Kidul. Wisata pantai gitu ceritanya. Alangkah kagetnya--dan mendadak aku merasa kudet karena nggak tau--bahwa ternyata ada Jalan Manthous di sana. Aku melewati jalan itu waktu pulang dan nggak nyangka banget dan langsung teringat bapak di rumah dan ingat lagu-lagu Mbah Manthous dan betapa aku sangat suka lagu-lagu beliau.
Karya-Karya Mbah Manthous
Musik CSGK memiliki kekhasan yang berbeda dengan yang lain, aku memang nggak paham apa, hanya saja aku bisa membedakan hanya dengan mendengarnya saja. Terlebih dengan lagu yang dinyanyikan oleh Mbah Manthous sendiri sangat mudah dikenali karena suara beliau yang khas.
Kurasa, beberapa opening lagu beliau ada yang hampir mirip jadi kadang salah nebak lagu juga. Nggak masalah juga sih buatku, yang penting aku bisa menikmatinya.
Kalau ditanya karya beliau apa saja, aku nggak bisa sebut semua. Kalau pernah lihat di Yutub aja, pasti ada Manthous Vol 1, 2, 3, dst. Haha. Tapi tetap, meski aku suka semua karya beliau (atau yang beliau bawakan bareng CSGK), boleh kan punya favorit? :D
Bengawan Sore
Lagu ini selalu sukses bikin aku nengok Bengawan Solo tiap kali lewat sana. FYI, bapak adalah orang asli Solo, jadi beliau mungkin punya kenangan khusus dengan Bengawan Solo. Bapak juga paling suka dengan lagu ini, jadi kebawa juga.
Selain karena ini lagu favorit bapak, sebenernya kalau didengerin, lagu ini maknanya dalem lho. Bukan tentang Bengawan Solo sebenarnya, hanya mengatakan bengawan atau sungai secara umum. Cuma karena kenangan bapak di Bengawan Solo, aku jadi baper tiap lewat sana. Haha.
Lagu ini menceritakan tentang seseorang yang setia menantikan kekasih atau pasangannya yang tak kunjung pulang--ceritanya dia nunggu di tepi sungai/bengawan. Kata Bapak, salah satu hal dalam lagu ini adalah bahwa manusia cuma bisa berkehendak dan berencana, tapi semua tetep Sing Kuasa yang menggariskan dan menentukan, kita manusia yang menjalani.. Yah, yang dinanti tetep gak balik, tapi yasudah. Menerima segala keputusan Allah.
Orang Jawa bilang, witing tresno jalaran seko kulino, dan ini berlaku banget buat aku di masa awal kenal lagu-lagu Mbah Manthous.
Bapakku adalah seorang pendengar setia campursari, dan salah satu favorit beliau adalah Campursari Gunung Kidul yang didirikan oleh Mbah Manthous.
Pas lagi sama bapak, sering bapak minta diputarkan campursari milik Mbah Manthous ini. Dan aku pun, yang juga suka dengerin musik termasuk gamelan dan campursari, jadi ikut menikmati dan lama-lama hafal juga.
Image source |
Tentang Mbah Manthous
Mengutip dari Wikipedia, Mbah Manthous, yang memiliki nama asli Anto Sugiartono, merupakan tokoh dan penemu campursari di Indonesia, yang lahir di Yogyakarta. Beliau pernah bergabung dengan Orkes Keroncong Bintang Jakarta, namun kemudian kembali ke Yogyakarta dan mendirikan Campur Sari Gunung Kidul Maju Lancar. Beliau kini telah berpulang, namun nama dan karya-karyanya tetap dikenang.
Sedikit Cerita(ku)
Beberapa tahun yang lalu aku pergi ke Yogya, tepatnya ke daerah Gunung Kidul. Wisata pantai gitu ceritanya. Alangkah kagetnya--dan mendadak aku merasa kudet karena nggak tau--bahwa ternyata ada Jalan Manthous di sana. Aku melewati jalan itu waktu pulang dan nggak nyangka banget dan langsung teringat bapak di rumah dan ingat lagu-lagu Mbah Manthous dan betapa aku sangat suka lagu-lagu beliau.
Jalan Manthous |
Musik CSGK memiliki kekhasan yang berbeda dengan yang lain, aku memang nggak paham apa, hanya saja aku bisa membedakan hanya dengan mendengarnya saja. Terlebih dengan lagu yang dinyanyikan oleh Mbah Manthous sendiri sangat mudah dikenali karena suara beliau yang khas.
Kurasa, beberapa opening lagu beliau ada yang hampir mirip jadi kadang salah nebak lagu juga. Nggak masalah juga sih buatku, yang penting aku bisa menikmatinya.
Kalau ditanya karya beliau apa saja, aku nggak bisa sebut semua. Kalau pernah lihat di Yutub aja, pasti ada Manthous Vol 1, 2, 3, dst. Haha. Tapi tetap, meski aku suka semua karya beliau (atau yang beliau bawakan bareng CSGK), boleh kan punya favorit? :D
Bengawan Sore
Lagu ini selalu sukses bikin aku nengok Bengawan Solo tiap kali lewat sana. FYI, bapak adalah orang asli Solo, jadi beliau mungkin punya kenangan khusus dengan Bengawan Solo. Bapak juga paling suka dengan lagu ini, jadi kebawa juga.
Selain karena ini lagu favorit bapak, sebenernya kalau didengerin, lagu ini maknanya dalem lho. Bukan tentang Bengawan Solo sebenarnya, hanya mengatakan bengawan atau sungai secara umum. Cuma karena kenangan bapak di Bengawan Solo, aku jadi baper tiap lewat sana. Haha.
Lagu ini menceritakan tentang seseorang yang setia menantikan kekasih atau pasangannya yang tak kunjung pulang--ceritanya dia nunggu di tepi sungai/bengawan. Kata Bapak, salah satu hal dalam lagu ini adalah bahwa manusia cuma bisa berkehendak dan berencana, tapi semua tetep Sing Kuasa yang menggariskan dan menentukan, kita manusia yang menjalani.. Yah, yang dinanti tetep gak balik, tapi yasudah. Menerima segala keputusan Allah.
0 Comments