aduh, cinta monyetku kah itu ???
17 Agustus 2010 - pagi
Badanku terasa lemah, letih. Kaki hampir tak kuasa menahan beban tubuh ini. Terasa berat saat mata mulai berkunang-kunang.
Ah, sabar, Nuy, sebentar lagi juga selesai, hati ini membujuk tuk tetap bertahan.
Pandangan mataku mulai menyapu sekeliling barisan tempatku berpijak. Sudah mulai banyak yang jongkok, kata hatiku lagi.
Aku masih memandang berkeliling. Seketika tatapan mataku berhenti pada sebuah sosok. Ah, orang itu. Sosok yang kuakui dulu pernah singgah hatiku, dulu, dulu sekali. Saat aku belum memahami apa arti cinta. Yah, cinta monyetku, cowok yang pertama kali kusuka.
Bola mataku tak hentinya mengamati dirinya. Sesekali tubuh salah seorang temanku menghalangi pandanganku kepadanya. Ah, menghalangi pandanganku saja. Aku menatapnya, ia terlihat ceria sekali, tertawa bersama teman-temannya. Nampak tak ada rasa lelah seperti yang kurasa. Masih saja aku berusaha menatapnya. Ah, paling-paling dia juga tak melihatku..
17 Agustus 2010 - malam
Aku berulang kali membuka lembaran-lembaran kertas ini. Irama musik yang menenangkan hati masih mengiringi jari-jemariku membolak-balik buku dari halaman ke halaman berikutnya.
Ry, lagi apa kamu?
Baca buku.
Rajin banget sih!
Daripada nggak ada kerjaan? Haha.
Mungkin percakapan itu tidak ada hubungannya dengan ini, namun mendadak saja aku teringat sosok lelaki tadi siang. Tawa yang lebar yang mampu membuatku ikut tersenyum senang bila mengingatnya. Segera saja kusambar hapeku.
Heh, kwe mau nggo pita abang yya ?
Kata-kata itu meluncur begitu saja dari pikiranku dan segera jariku dengan cepatnya mengetik dan mengirimkannya.
Message delivered
******
17-Ags-10 19.43
Text message received
from ******
Aku mau yo weruh kwe !
Hhaha, hatiku girang bukan kepalang saat ia mengirim balasan padaku.
Dia, salah seorang yang pernah mendiami relung hatiku, walau hanya bersemayam di lubuk hati, tanpa ada sedikit pun kata cinta yang terucap lewat bibir. Aku memang hanya menyimpannya, berharap rasa itu pergi dengan sendirinya kala itu. Memang pada akhirnya pergi, meskipun masih meninggalkan jejak-tak begitu dalam-saat aku menemukan serpihan-serpihan cinta lain yang mulai masuk dalam kehidupanku. Rasa cinta yang terucap dan terwujud. Saling menyayang dan disayang, hingga sosok pertama itu perlahan hilang, terbawa hembusan angin, meski mataku tak jarang melihat sosoknya melintas di depan bola mataku. Dia dan cintanya, aku dengan cintaku. Kami berteman, masih sama seperti dulu. Saling bercanda, tertawa, mengejek, dan bertegur sapa. Kini, saat ku melihat sosoknya kembali, hati ini menjerit lagi, terkenang akan cinta yang sejenak mampir di teras hatiku dulu. Aku dan dia kini telah sendiri. Rasa ini sepertinya ingin muncul kembali kini, saat ku kembali sendiri, walaupun separuh hatiku meminta untuk menenggelamkannya. Dan aku berhasil. Rasa lalu terendapkan seakan berhasil kututup rapat, kukubur dalam-dalam, hingga terurai dengan sendirinya dan menghilang. Cinta lain sudah mulai merayap perlahan merasuki sisi lain jiwaku yang masih kosong, dan itu bukan dia. Sepertinya aku juga ingin dengan senang hati menyambutnya. Cinta lama tak harus bersemi kembali, kan? =)
0 Comments