Terakhir Untuk KAMU



Telah banyak memang, tinta yang tertuang selama 22 purnama kita bersama, yang tertoreh dalam lembaran-lembaran putih yang kini telah lalu, sekadar masa lalu. Merah, jingga, kuning, hingga ungu mewarnai kisah-kisah indah masa itu. Halaman demi halaman yang kubuka menebarkan semerbak wangi bunga. Hanya ada namaku dan namamu, tiada yang lain. Namun, yang tertinggal kini sebatas kenangan. Tak pernah sedikitpun diriku merasa alpa untuk memanjatkan rasa syukur kepada Yang Kuasa. Bertemu denganmu, mengenalmu, memahamimu, menyanyangimu, adalah hal yang tak dapat kupungkiri. Aku pernah merasakan semua itu, hanya kamu, kamu, dan kamu, dulu. Dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang kumiliki, kamu mampu, kamu mau, kamu sanggup menempatkanku di salah satu sudut istimewa dalam ruang hatimu. Aku selalu memiliki alasan untuk bertahan pada rasa yang dianugerahkan Tuhan ini untuk selalu bersemayam di hatimu.Tak lain dan tak bukan karena itu KAMU! Ya. Rasa itu tulus hanya untukmu. Untuk semua liku yang pernah kita lalui bersama, untuk segala kisah yang kita cipta bersama, untuk semua yang telah lalu, kuingin mengucapkan rasa terima kasih untukmu, yang sempat mendekam dalam penjara hatiku, yang semula tak ingin membebaskan dan melepasmu.

Terima kasih untukmu, seseorang istimewa, yang menjadikanku seseorang yang istimewa pula di hidupmu, di lubuk hatimu, dulu.

Terima kasih, membuatku memahami bahwa tak semua hal yang berbeda tak dapat disatukan. Kata orang bijak, perbedaan itu indah, aku setuju.

Terima kasih, mengenalmu membuatku merasakan anugerah terbesar yang dikaruniakan Tuhan untuk segenap umat-Nya, cinta dan kasih sayang.

Terima kasih, telah mengajariku banyak pelajaran berharga tentang motivasi, kegembiraan, perhatian, kepercayaan, dan ketulusan.
Bahwa cinta tak memandang sesuatu dari fisik dan materi semata.
Bahwa cinta dapat bertahan walau jauh jarak yang membentang, meski tak selamanya.

Seukir senyum dan seulas tawa mengiringiku menumpahkan rasa terima kasih ini untukmu. Ini akan menjadi buah pena terakhirku tentangmu. Tak akan ada lagi kisah yang kutulis dengan namamu sebagai tokoh utama. Sudah saatnya, kini, kubuka lembaran baru. Waktu terus berjalan, jarum jam pun serasa enggan berhenti. Melangkahkan kaki untuk sesuatu yang “baru”. Masih banyak lembaran-lembaran putih yang menunggu untuk dilukis dengan warna-warna yang jauh lebih indah. Kenangan memang bukan untuk dilupakan-sungguh sulit, kenangan bisa menjadi suatu cerita untuk kusimpan, namun tak baik rasanya bila aku selalu mengenangnya. Bagaimanapun juga itu masa lalu, masa yang telah berlalu.


***

Terima kasih atas semua yang pernah kamu berikan, dengan semua tangis dan kesakitannya juga. Dengan semua penantianku dan kesabaran yang terasa tak kunjung ingin habis namun kamu membalasnya dengan tuba. Atas semua perasaan biru yang selalu menyelimuti hatiku dan seorang diri aku berusaha menghangatkan hatiku sendiri menyiram biru itu menjadi pikiran-pikiran positifku tentang kamu. Berpikir bahwa kamu masih seperti dulu setiap harinya meskipun setiap harinya itu pula kamu mulai menyusun rencana untuk mengakhiri semuanya. Tetap berpikir, "Dia pasti juga merindukanku." meskipun nyatanya kau sedang mencampakkanku, dan bodohnya aku baru menyadarinya saat ini setelah aku tak bersamamu. (Andai kutahu aku yang akan tergerak mengakhirinya terlebih dahulu.)

Terima kasih, itu pelajaran yang sangat berharga sekali untukku, untuk tidak mempertahankan sesuatu yang tak pantas dipertahankan.

Untuk apa semuanya jika sia-sia?



***

Sekali lagi terima kasih, dan selamat tinggal.
Kiranya suatu saat kita bertemu pada saat yang tak terduga, aku akan tetap menyapamu dan memberimu seulas senyum, sebagai tanda terima kasih.. =)


Oct 4th 2008 - Jul 3rd 2010


Post a Comment

0 Comments