Yang Terpecah Meski Bukan Hati



Hanya beberapa baris kata namun berhasil membuat dadaku seperti ditikam pisau. Mungkin rasa ini berlebihan, menganggap itu sebagai suatu hal yang sangat menyakitkan. Namun aku tak ingin berbohong, bahkan rasanya sangat lebih dari itu.

Angin dini hari yang begitu menusuk kulit mampu kutahan, biasanya. Namun sesuatu yang 'menikam' itu menjadikan kulitku lebih sensitif dari biasanya, dingin sekali, lebih dingin dari pagi-pagi sebelumnya.

Alunan musik yang kuanggap sangat mujarab menyembuhkan luka 'tikaman'ku tak mampu bertahan lama. Ia menyerah memberiku dorongan batin, seperti aku yang menyerah mendorong diriku sendiri. Berkali-kali kukatakan pada diriku, that was an usual conversation. Tapi rupanya beberapa sudut dalam hatiku tak mau diajak kompromi.

Seluruh bagian tubuhku menggigil, hanya dadaku yang terasa memanas. Ingin sekali aku mendinginkannya, namun sekeras apa pun usahaku, aku tak kunjung menemukan titik terang. Rasanya tetap sama, sakit sekali. Hingga kuputuskan untuk menyudahi ini, aku tidur. Berharap perasaan itu akan menghilang seiring dengan perginya ke alam mimpi. Aku mampu tertawa, aku mampu tersenyum. Rasanya tak ingin dan tak hendak terbangun, karena saat kelak aku terjaga rasa 'tikaman' itu akan segera kembali menyeruak dalam dadaku.

I don’t know what to do, just hope that it will be better soon. I'm senseless.

Post a Comment

0 Comments