Kubenamkan wajah dalam kesunyian malam. Tiada henti hati meraung. Ingin segalanya kutumpahkan dari mata. Namun semuanya nampak tak mudah.
Kukatupkan mata saat berbaring. Perlahan menyentuh hangatnya untaian benang hijau ini. Kubuka mata secara perlahan. Menatap keluar melalui pintu yang setengah terbuka. Terkejut, girang, haru, sedih. Melihat sesuatu yang tak pernah kulihat hingga detik ini-dari sini.
Bulan sabit orange. Nampak tersenyum ringan. Mengingatkanku pada sesosok lelaki yang telah hampir tujuh purnama selalu menemaniku dengan tawanya, menyemangatiku dengan senyumnya yang menawan.
Alunan melodi yang menggerkan. Syair yang syahdu, mengibaratkan isi hatiku saat ini. Saat kumemandang bulan seorang diri dan mengharap wajahnya nampak dalam gelapnya malam ini. Saat kuingin berada di sisimu, meski sejenak.
Bulan berangsur menjauh dan bumi terus berotasi, seiring dengan anggunnya nada indah telah terhenti. Hanya satu kalimat yang hendak keluar dari bibir ini, "Aku merindukanmu, sama seperti setiap malam-malam saat aku memandang bulan, dan setiap hari-hari setelah hujan berlalu saat aku menanti pelangi.."
0 Comments