Aku memang tak pandai menebak isi hati. Aku payah dalam hal itu. Aku juga tak ingin mencoba, kebanyakan apa yang kutebak selalu meleset jauh.
Aku tak pandai mengira-ira. Bukan keahlianku. Aku pun tak ingin mencoba, lebih banyak salah perkiraan dari pada tepat perkiraan.
Jika aku ingin tahu, pastilah aku ingin bertanya.
Dan bila kau diam aku perlahan memilih diam juga, maksudnya, kau pasti tak ingin aku tahu apa yang kau rasa, meskipun itu tentang aku juga.
Kau diam. Bungkam seribu bahasa bukan berarti semua bisa selesai.
Bagaimana aku tahu jika kau selalu mengatupkan bibirmu, mengunci kata-katamu di hati saja?
Bagaimana aku bisa tahan hanya mengira dan menebak-yang notabene bukan keahlian dan kepandaianku-jika kau hanya berbicara melalui sikapmu, yang membuatku bergidik sendiri?
Aku ingin segera tahu apa yang terjadi. Meminta maaf sesegera mungkin dan menjelaskan jawaban atas pertanyaanmu, ataupun sesuatu yang ingin kau singkap kabutnya bila aku salah.
0 Comments