Buah Keikhlasan, Alhamdulillah dan Terima Kasih AirAsia!

Ikhlas itu kunci. Kunci bahagia, kunci rezeki yang tak diduga.

Image by pixel2013

***

Akhir tahun 2019, kami berdiskusi dan bersepakat untuk mengunjungi Malaysia pada tahun 2020 sebagai ganti libur akhir tahun (kami biasanya liburan di bulan Desember). Bulan April adalah bulan yang kami anggap pas untuk bepergian kala itu. Karena kami suka merencanakan dan mempersiapkan semua itinerari jauh-jauh hari, hampir semua akomodasi selama di Malaysia sudah kami selesaikan pada bulan Desember 2019, termasuk tiket pesawat dan hotel.

Tidak ada yang tahu bila ternyata pada akhir Desember, Covid-19 muncul di Tiongkok. Tidak ada yang tahu juga bila akhirnya virus tersebut menyebar hampir ke seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia dan Malaysia. 

Indonesia memang bukan negara yang langsung mendapat dampak penyakit tersebut, sehingga pada bulan Januari - Februari 2020 kami masih tetap memantau keadaan. Kami terus berdiskusi untuk kemungkinan terburuk: gagal berangkat.

Laju penyebaran penyakit yang begitu cepat, lambat laun membuat Indonesia terkena imbasnya pula. Kami memutuskan untuk membatalkan rencana kami. Namun, dalam hati aku harus mencari cara supaya ada yang terselamatkan, setidaknya salah satu dari akomodasi yang telah kami bayar. Hotel hangus, karena aku terlalu yakin untuk tidak perlu memilih yang refundable. Aku belajar lagi, manusia memang paling pandai merencakan, tapi tetap Allah yang akan memutuskan.

9 Maret 2020
Suamiku bilang bahwa biaya untuk reschedule itu bisa jadi lebih mahal dari tiket yang sudah kami bayar. Demi membuat hatiku sedikit lega karena setidaknya tiket pesawat belum hangus, dengan terburu-buru aku memutuskan untuk mengatur ulang jadwal penerbangan untuk tahun 2021. Jumlah yang harus kami bayar menjadi lebih tinggi. Tapi tak mengapa, pikirku. Selama aku lega dulu.

19 Maret 2020
Betapa kagetnya aku ketika aku mendapat sebuah surel dari AirAsia yang berisi pesan bahwa semua penerbangan yang ingin dibatalkan karena dampak Covid-19 dapat dialihkan dalam bentuk Credit Account di akun masing-masing. Sedih rasanya. Andai saja aku tidak terburu-buru untuk mengubah jadwal penerbanganku, pasti aku bisa mendapatkan refund dalam bentuk Credit Account. 


Sedih boleh, pasrah jangan. Akhirnya, aku mencoba melakukan langkah-langkah untuk mendapatkan refund  tersebut. Mulai dari chat AVA hingga mengirim pesan melalui Twitter sudah kucoba. 

Tanggal 26 Maret, case cancellation sudah diterima oleh AirAsia. Namun, mengingat bahwa aku sudah mengubah jadwal sendiri, aku harus mulai ikhlas bila memang tidak dapat memperoleh refund. Apalagi, balasan di Twitter menyuratkan bahwa permintaanku ditolak (sangat kuapresiasi karena penjelasannya sangat sopan dan baik). Bismillah, ikhlas.



Juli 2020
Alhamdulillah, aku sudah ikhlas dan bahkan lupa kalau dulu pernah sedih karena hal ini. Hingga pada suatu pagi pada tanggal 2 Juli, aku mendapatkan surel dari AirAsia yang isinya:
We would like to reconfirm with you that if you wish to proceed with the flight change or to reinstate the booking to the original flight to get a credit account.
Sontak terkejut dan menghampiri suami. Alhamdulillah aku diberi kesempatan untuk mendapat Credit Account. Aku tidak berharap banyak karena di dalam surel tersebut juga dijelaskan bahwa aku harus menunggu management approval. Tidak ada salahnya mencoba. Suamiku membalas surel itu dan sehari kemudian balasan kami telah diterima. Proses approval memakan waktu paling lama 15 hari. Baiklah.

Lima jam yang lalu, aku mendapatkan pemberitahuan bahwa

Huhuhuuhu. Alhamdulillah. Aku terharu sekali. Senang sekali rasanya. Suamiku kemudian memeriksa akunku. Benar saja, ada credit account sejumlah harga tiket kami. Sampai saat ini, aku masih sedikit terkejut dan tidak percaya. Bila teringat, rasanya-rasanya sudah mengucap syukur berkali-kali.

Memang, ikhlas itu kunci segalanya.

Post a Comment

0 Comments