Sabar, Syukur

Dari awal Februari kami sudah was-was. Berita penyebaran Covid-19 sudah mulai ada hingga hampir ke seluruh penjuru dunia, meski saat itu belum sampai di Indonesia, katanya. Kami terus berdiskusi untuk mengurungkan niat kami sambil menanti perkembangan selanjutnya.

Image from Alexas_Photos

Beberapa hari setelah diskusi pertama kami, aku melihat teman yang berani terbang ke Vietnam. Aku mulai bimbang. Tiket pesawat dan hotel sudah siap. Pasporku pun sudah jadi. Itinerari perjalanan lengkap hasil riset yang tak sebentar juga sudah siap. Namun rupanya, kami harus tetap tinggal di Indonesia. Tidak, lebih tepatnya #dirumahsaja. Dan benar, pemerintah mulai mengumumkan kasus Covid-19 di Indonesia yang hingga kini terus bertambah. Tak hanya kami yang harus tinggal di Indonesia, bahkan suamiku pun harus #workfromhome dan siswa-siswa belajar di rumah.

Getun? Ya pasti ada meski sedikit. Biaya pemesanan hotel tidak bisa di-refund. Alhamdulillah, tiket pesawat masih bisa di-reschedule dan kami putuskan untuk tahun depan. Yah, meskipun biayanya justru lebih mahal daripada pembelian pertama. Suamiku bilang mending beli tiket baru lagi, lebih murah. Baiklah, setidaknya dengan aku mengubah jadwalnya, tidak terlalu terkesan tiket hangus, psychologically. Haha.

Alhamdulillah suami selalu mengingatkanku untuk selalu bersyukur dan mengambil hikmahnya. Siapa tahu Allah memberikan kesempatan lain yang lebih baik dari rencana kami ini. Aamiin.

Post a Comment

0 Comments