Suka Duka PJJ: Curhat Session



Assalamualaikum, Gaes.

Tahun pelajaran baru sudah berjalan selama hampir tiga minggu. Para siswa sudah mulai belajar. Ada yang mengerjakan LKS di rumah, ada pula yang belajar bersama guru secara daring.

Sudah berkali-kali aku marah-marah sendiri gegara PR sepupuku. Ya, aku punya sepupu yang masih duduk di bangku SD. Masih kelas 6. Bukan marah karena dia sering bertanya padaku tentang PRnya. Toh, dia minta aku mengajarinya, bukan mengerjakan PRnya.  Yang bikin aku marah-marah adalah gurunya--memberi tugas ke siswa tanpa penjelasan dan contoh. Oke, at least contoh.

Dua kasus yang membuatku marah-marah adalah ketika sang guru memberi soal bahasa Inggris dan Matematika tanpa memberi contoh. Baiklah, kalau orang tua atau saudara siswa ada yang pandai bahasa Inggris dan Matematika, tidak masalah. Lha kalau mereka tidak bisa? FYI, this happened bukan di kota, tetapi di desa yang rata-rata orang tuanya tidak terlalu bisa bahasa Inggris. Bukan ngejudge, sebagian besar dari orang tua siswa-siswa kelas 6 SD itu masih tetangga juga so I know them.

-

Sebagai guru yang baru terjun setelah sekian lama meliburkan diri dan harus langsung PJJ, aku agak merasa gelagapan. Aku bukan ingin mengeluh, ya, mohon dimaklumi, hanya ingin curhat.

Aku mengajar dua mapel, dua tingkat.
Aku mengajar Math kelas 2 dan 3, Science kelas 2 dan 3.

Kegiatan belajar via daring ini menuntutku (tuntutan diriku sendiri) untuk membuat slides (yang inginnya bagus menurutku sendiri) untuk kubagikan pada setiap pertemuan. Dengan waktu terbatas, aku harus berpikir lebih jeli bagaimana agar materi tersampaikan dengan baik, tidak membosankan, dan tentu saja tidak menyulitkan siswa dan orang tuanya. Orang tuanya? Ya, tentu saja. Bagi guru SD, sudah umum bila kegiatan belajar mengajar itu melibatkan peran serta orang tua yang lebih besar dibandingkan siswa SMP atau SMA yang sudah lebih mandiri.

Gerakku terbatas untuk menuangkan idealisme dalam mengajar. Harus yang bisa disampaikan secara daring, harus yang mudah, harus yang sederhana. Sudah ingin bertatap muka langsung dengan para siswa. Menggambar, mewarnai, bermain sambil belajar. Arrggggh. Sedih :( Tapi ini kondisi yang sedang dihadapi semua guru dan siswa (dan orang tuanya), jadi mau tak mau harus beradaptsi agar bisa survive.

--

Gawaiku sudah old dan memori terbatas. Beberapa tugas memang harus dikirimkan melalui WA dalam bentuk foto. Harus gercep balas setiap pesan masuk dan merekapnya di laptop. Tapi tak jarang gawaiku tercinta ini byar-pet byar-pet mati dan restart sendiri saking sibuknya. Ternyata yang sibuk bukan aku saja, haha.

--

Ikhlas dan mengharap berkah Allah Swt. Semoga senantiasa dimudahkan. Aamiin.

Post a Comment

0 Comments